Topik 3 assesment autentik
Instrumen Test (prt/topik= 4/3)
Hidayatullah Hana Putra
Penialaian Autentik
Karakteristik Instrumen Tes:
1. Validitas Tes
Secara
sederhana validitas adalah ketepatan isntrumen mengukur apa yang hendak diukur.
Kesesuaian indikator dan aspek tercapainya indikator disusun berdasarkan
konstruk secara teoritik dan juga disesuaikan dengan fakta yang ada lapangan.
Terdapat 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk
menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan
(konstruksi); (c) validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas
tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes
(alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat
diperoleh dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu
lamanya siswa yang sama.
3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
Sifat tes
yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat
diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk
menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa
yang satu dengan yang lain.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes
yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes terdapat
semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu aspek
tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan
dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan.
5. Efisiensi atau Daya Guna Tes
Sebuah alat
ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu tes
akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut.
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya
memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka subyektivitas
yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang
memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa benar
atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru
telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting
lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan. Kekhususan
bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen tes tersebut
hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran
yang diberikan.
8. Tingkat Kesulitan Tes
Tingkat
kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang
berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan
siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak
terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).
9. Keadilan Tes
Tes yang
diberikan harus dirancang sehingga menganut asas keadilan. Meskipun pengukuran
yang baik dilakukan untuk setiap individu, sangat sulit untuk melakukan
pengukuran secara individu karena keterbatasan waktu. Proses pelaksanaan test
harus dilakukan terhindar dari sikap subjektivitas atau merugikan pihak
tertentu.
10. Alokasi Waktu Tes
Alokasi waktu
juga bagian terpenting dalam tes. Penetuan waktu tes harus disesuikan dengan
kapasitas manusia mengingat sesuatu secara mendetail. Waktu pelaksanaan juga
harus diatur dalam tenggang yang masih wajar. Jika proses pemberian tes terlalu
lama maka ada kemungkinan daya beda dari instrumen akan berkurang dan juga ada
faktor external seperti kemungkinan untuk mendapatkan inspirasi jawaban secara
tidak wajar lebih besar.
Kelebihan Tes
tertulis
1. Dapat mengukur kemampuan sejumlah siswa dalam tempat yang
terpisah dan dalam waktu yang sama.
2. Dalam tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan
untuk menjawab soal, Sehingga secara psikologi peserta didik lebih bebas dan
tidak terikat.
3. Pada tes tertulis, karena soalnya sama maka obyektifitas
hasil penilaian lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada tes lisan ataupun
tes tindakan.
Kekurangan
Tes Tulis
1. Belum tentu cocok mengukur psikomotorik dan mengukur ranah
afektif pada tingkat karakteristik.
2. Hasil dari tes tulis sedikit agak diragukan karena peserta
dapat melakukan kucurangan dalam mengerjakan.
3. Apabil tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat
mengandung pengertian ganda, sehingga berakibat data yang masuk salah.
Pada buku panduan penilaian SMK yang
diterbitkan oleh Kemendikbud, Tes lisan diartikan sebagai kegiatan pemberian
soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya secara lisan. Instrumen
tes lisan berupa daftar pertanyaan yang disampaikan secara langsung dalam
bentuk tanya jawab pendidik dengan peserta didik. Jawaban peserta didik dapat
berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan dapat menumbuhkan sikap
berani berpendapat pada peserta didik. Pada
umumnya tes lisan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung yang berfungsi
untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik tentang materi yang akan atau
sedang diajarkan (fungsi formatif).
Tes lisan berfungsi untuk melakukan
penilain pada aspek kognitif (pengetahuan) dari peserta didik. Arifin (2012)
mengemukakan bahwa tes lisan dapat berbentuk seperti berikut : 1. Seorang guru
menilai seorang peserta didik 2. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik
3. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik 4. Sekelompok guru menilai
sekelompok peserta didik. Proses evaluasi dengan menggunakan tes lisan memiliki
kelebihan yaitu: (1) kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya
dapat diketahui langsung secara lisan: (2) soal-soal tidak perlu disusun secara
terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahansaja (3) dapat
menghindari kemungkinan peserta didik menerka-nerka jawaban dan berspekulasi.
Sedangkan kelemahannya dari tes lisan adalah (1) memakan waktu lama terlebih
jika jumlah peserta didik banyak (2) adanya kemungkinan yang besar muncul unsur
subjektifitas pada tes lisan seorang guru dan seorang peserta didik
Komentar
Posting Komentar