Assesment Kritical Thinking
Essai Kecil Assessment Berfikir
Kritis
By: Hidayatullah Hana Putra
NIM: 210321868030
Berpikir kritis dipandang sebagai
berpikir reflektif untuk mempertimbangkan secara terus- menurus dan teliti
mengenai suatu bentuk masalah atau pengetahuan yang diterima untuk membuat
suatu kesimpulan yang utuh melalui alasan-alasan yang relevan (Ennis 1996, John
Dewey dalam Fisher 2009). Sikap kritis berkaitan erat dengan kritik. Istilah
“kritik” berasal dari bahasa Yunani, krinein. Secara harfiah krinein berarti:
memisahkan atau merinci. Sikap kritis merupakan kecenderungan sikap yang tidak
mudah percaya. Kemampuan berpikir kritis memerlukan upaya terus-menerus untuk
menganalisis dan mengkaji keyakinan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesimpulan
yang dibuat, dengan menggunakan bukti-bukti yang sesuai. Berpikir kritis
meliputi kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dengan lebih tajam, menemukan
solusi untuk mengatasi masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang sesuai
dengan masalah, mengetahui asumsi dan nilai-nilai yang ada di balik keyakinan,
pengetahuan, maupun kesimpulan.
Enam unsur dasar dalam berpikir kritis tersbut adalah sebagai
berikut:
1)
Fokus (focus), merupakan hal yang utama yang harus dilakukan untuk
mengetahui informasi. Untuk fokus terhadap permasalahan, diperlukan
pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan dimiliki oleh seseorang akan semakin
mudah mengenali informasi.
2)
Alasan (reason), mencari kebenaran dari suatu peryataan yang akan
dikemukakan. Dalam mengemukakan suatu pernyataan harus disertai dengan
alasan-alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
3)
Kesimpulan (Inference), yaitu membuat pernyataan yang disertai
alasan yang tepat.
4)
Situasi (situation), yaitu kebenaran dari pernyataan tergantung
pada situasi yang terjadi. Oleh karena itu perlu mengetahui situasi atau
keadaan permasalahan.
5)
Kejelasan (clarity), yaitu memastikan kebenaran suatu pernyataan
dari situasi yang terjadi.
6)
Pemeriksaan secara menyeluruh (overview), yaitu melihat kembali
sebuah proses dalam memastikan kebenaran pernyataan dalam situasi yang ada
Menurut Ennis (2001) tes untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis, dapat dibedakan menjadi tes spesifik untuk
suatu topik dan tes yang umum (untuk semua topik). Tes berpikir kritis spesifik
untuk suatu topik mengukur hanya satu topik atau subjek saja, sedangkan tes
berpikir kritis umum mengunakan konten dari berbagai bidang atau bersifat umum.
Asesmen yang dikembangkan untuk
kemampuan berpikir kritis sebaiknya berformat tes open ended dibandingkan
dengan tes pilihan ganda, karena tes open ended dinyatakan lebih komprehensif.
Beberapa macam asesmen berpikir kritis berformat tes open ended yang
disampaikan Ennis (2011) adalah: Tes pilihan ganda dengan penjelasan tertulis,
Tes essay berpikir kritis, dan Tes unjuk kerja (performance assessment).
Marguerite Finken dan Robert H.
Ennis (1993) mengembangkan asessmen berpikir kritis dalam artikel yang berjudul
Illinois Critical Thinking Essay Test dan Guidelines for Scoring Illinois
Critical Thinking Essay Test. Asesmen tersebut menekankan pada kemampuan
berpikir kritis dan menulis, dan ditujukan untuk siswa pada tingkatan SMA, akan
tetapi dapat digunakan untuk tingkatan di atas dan di bawah SMA.
Terdapat enam tingkatan berpikir
kritis menurut Elder & Paul (2008) yaitu:
1)
Berpikir yang tidak direfleksikan (unreflective thinking) Pemikir tidak menyadari peran berpikir dalam kehidupan, kurang
mampu menilai pemikirannya, dan mengembangkan beragam kemampuan berpikir tanpa
menyadarinya. Akibatnya gagal menghargai berpikir sebagai aktivitas yang
melibatkan elemen bernalar. Mereka tidak menyadari standar yang tepat untuk
penilaian berpikir yaitu kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi,
kelogisan.
2)
Berpikir yang menantang (challenged thinking) Pemikir sadar peran berpikir dalam kehidupan, menyadari berpikir
berkualitas membutuhkan berpikir reflektif yang disengaja, dan menyadari
berpikir yang dilakukan sering kekurangan tetapi tidak dapat
mengidentifikasikan dimana kekurangannya. Pemikir pada tingkat ini memiliki
kemampuan berpikir yang terbatas.
3)
Berpikir permulaan (beginning thinking) Pemikir mulai memodifikasi beberapa kemampuan berpikirnya tetapi
memiliki wawasan terbatas. Mereka kurang memiliki perencanaan yang sistematis
untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya.
4)
Berpikir latihan (practicing thinking) Pemikir menganalisis pemikirannya secara aktif dalam sejumlah
bidang namun mereka masih mempunyai wawasan terbatas dalam tingkatan berpikir
yang mendalam.
5)
Berpikir lanjut (advanced
thinking) Pemikir aktif menganalisis pikirannya, memiliki pengetahuan
yang penting tentang masalah pada tingkat berpikir yang mendalam. Namun mereka
belum mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi secara konsisten pada semua
dimensi kehidupannya.
6)
Berpikir yang unggul (accomplished thinking) Pemikir menginternalisasi kemampuan dasar
berpikir secara mendalam, berpikir kritis dilakukan secara sadar dan
menggunakan intuisi yang tinggi. Mereka menilai pikiran secara kejelasan,
ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan secara intuitif.
Komentar
Posting Komentar